Gejala Rumah Kaca
Efek rumah kaca sudah sejak beberapa
dekade ini menjadi salah satu isu lingkungan yang menjadi perhatian dunia. Berbagai
hal telah dilakukan untuk menguranginya, namun tampaknya kurang begitu
berhasil. Kita tetap melihat efek rumah kaca yang menakutkan pada bumi kita
tercinta ini.
Efek rumah kaca adalah suatu proses
pemanasan permukaan planet atau benda langit yang disebabkan oleh komposisi
serta keadaan atmosfernya. Maksudnya?
Bumi kita ini adalah salah satu
planet dari sebuah tata surya yang berpusat pada matahari sebagai sumber
energi. Energi yang kita terima bukan cuman panasnya saja, tetapi juga
gravitasi matahari yang membuat bumi dan planet-planet lain berevolusi
mengelilingi matahari sebagai pusatnya. Jadi bumi adalah benda langit.
Tidak seperti planet yang lain yang
tidak memiliki atmosfer atau komposisi atmosfernya berbeda, atmosfer bumi
menunjang terjadinya kehidupan di dalamnya. Nah, efek rumah kaca ini terjadi
karena ada perubahan komposisi atmosfer dimana panas yang diterima dari
matahari tidak bisa dipantulkan secara optimal sehingga panasnya tetap
tersimpan di dalam atmosfer kita. Salah satu yang paling disalahkan adalah
jumlah gas karbon dioksida yang terlalu banyak.
Istilah rumah kaca sendiri
sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1824. Pertama kali dikemukakan oleh
seorang fisikawan asal Perancis bernama Jean Baptise Joseph Fourier.
Setidaknya gas rumah kaca yang
dianggap paling banyak adalah berasal dari uap air yang dimana unsur tersebut
mencapai atmosfer akibat penguapan air laut, danau serta sungai. Sedangkan
karbondioksida merupakan gas terbanyak kedua setelah uap air. Untuk gas rumah
kaca lain dari proses alami diantaranya adalah letusan vulkanik dari gunung
berapi, pernapasan hewan maupun manusia yang menghirup oksigen lalu membuang
karbondioksida serta dan pembakaran material organik seperti tumbuhan maupun
kegiatan industri. Meskipun uap air juga turut bertanggungjawab terhadap
sebagian besar dari adanya efek rumah kaca, namun kebanyakan orang menganggap
bahwa efek rumah kaca hanya diakibatkan oleh naiknya konsentrasi gas
karbondioksida (CO2) serta gas-gas lain. Anggapan tersebut memang bisa dianggap
tidak salah, namun kurang tepat.
Gas apa saja yang dianggap menjadi
penyebab terbesar terjadinya efek rumah kaca ???
1. Karbondioksida
Kenaikan karbon dioksida (CO2) yang
merupakan sejenis senyawa kimia berbentuk gas ini biasanya disebabkan oleh
adanya pembakaran bahan bakar minyak, batu bara serta bahan bakar organik
lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan maupun laut untuk
menyerapnya. Hal inilah yang akhirnya mengakibatkan adanya efek rumah kaca.
2. Metana
Gas Hidrokarbon Metana
biasanya dilepaskan selama produksi serta transportasi batu bara, gas alam,
maupun minyak bumi. Metana yang dianggap sebagai komponen utama gas alam masuk
dalam kategori gas rumah kaca dan mengakibatkan efek rumah kaca.
3. Nitrogen Oksida
Sebuah gas yang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar fosil dan juga dari lahan pertanian. Gas Nitrogen Oksida
dihasilkan dari reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara saat terjadi
pembakaran, biasanya pada suhu tinggi. Sering kali gas ini berasal dari tempat
dengan kepadatan lalu lintas tinggi. Gas ini juga termasuk gas rumah kaca dan
bisa mengakibatkan efek rumah kaca.
4. Gas-Gas Lain
Selain Karbondioksida, Metana dan
Nitrogen Oksida yang menyumbang gas rumah kaca, ada pula beberapa gas lain
diantaranya adalah belerang dioksida, klorofluorokarbon (CFC) dan lain-lain.
Akibat Efek Rumah Kaca
Sudah sejak lama para ilmuwan
mengkhawatirkan akibat dari efek rumah kaca karena bisa merusak lingkungan.
Salah satu akibatnya yang sudah terasa adalah dengan meningkatnya suhu
permukaan bumi yang akhirnya bisa mengakibatkan adanya perubahan iklim yang
sangat ekstrem. Tentunya hal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya hutan
serta ekosistem lain di bumi, dan mapa engurangi kemampuannya guna menyerap
karbon dioksida di atmosfer.
Efek rumah kaca sebenarnya tidak
selalu buruk dan justru sangat dibutuhkan karena jika tidak ada nantinya bisa
mengakibatkan bumi menjadi sangat dingin atau bisa keseluruhan akan tertutupi
es. Namun jika gas-gas yang bisa membuat efek rumah kaca telah berlebihan di
atmosfer, akibatnya akan mengakibatkan pemanasan global.
Cara Mengurangi Efek Rumah Kaca
Ada satu cara yang “mujarab” untuk
mengurangi gas rumah kaca, yakni dengan memelihara pepohonan serta menanam
pohon lebih banyak. Pohon dianggap mampu menyerap karbon dioksida lebih cepat
dan dalam jumlah banyak, memecahnya melalui fotosintesis, maupun menyimpan
karbon pada kayunya. Salah satu upaya dunia internasional untuk menanggulangi
gas rumah kaca adalah dengan mengadakan konvensi yang disebut Protokol Kyoto.
Protokol Kyoto memerintahkan negara-negara dunia untuk berkomitmen mengurangi
emisi/pengeluaran karbon dioksida serta lima gas rumah kaca lainnya untuk
menanggulangi dampak efek rumah kaca.
Sumber :
http://dee-belajar.blogspot.co.id/2014/06/rumah-kaca-pengertian-penyebab-akibat.html
Mengapa saat Mendung Udara menjadi Panas ???
Beberapa saat sebelum hujan biasanya
kita merasa gerah. Sebenarnya bukan suhu udara menjadi lebih panas, tetapi
kelembaban udara udara yang menurun. Kelembaban udara berasosiasi dengan
banyaknya uap air di udara (uap bukan air). Pada kondisi dimana kita merasa
gerah berarti uap air di sekitar kita berkurang. Ini terjadi karena adanya
ekspansi adiabatis di mana uap air bergerak lebih cepat ke atmosfer.
Ekspansi adibatis merupakan fenomena
fisis yang melukiskan pergerakan massa udara secara vertikal. Hal ini ini
terjadi karena suhu massa udara di permukaan lebih panas dari lingkungannya.
Karena lebih panas maka massa jenisnya menjadi lebih ringan sehingga akan bergerak
naik.
Pada kondisi lainnya pada saat uap
air mengembun menjadi titik-titik air dalam awan akan terjadi pelepasan panas
laten. Lepasnya panas laten ke atmosfer akan menaikkan suhu udara.
Panas laten adalah panas yang
dikandung uap air pada saat terjadinya penguapan di permukaan bumi. Nah
lepasnya panas laten tersebut membuat suhu udara tidak berkurang walaupun sinar
matahari sebagai sumber panas di bumi telah tertutup awan.
Selanjutnya jika proses fisis di
dalam awan tidak "terganggu" makan akan turun hujan. Tetapi proses
terjadinya hujan yang dimulai dari ekspansi adiabatis hanya terjadi dalam
radius 5-10 km. Karna awan penyebabnya adalah awan jenis cumuliform yang tumbuh
secara vertikal. Hujan yang turun dari awan jenis ini sifatnya deras, waktunya
singkat dan area yang kurang luas, radius 5-10 km.
Nah, karena radiusnya hanya berkisar
demikian, jika kita di depok merasa gerah, belum tentu orang di pasar minggu
akan gerah juga. (Margonda - pasar minggu >> 15 km). Jika di Depok
kemudian hujan, belum tentu pula di pasar minggu hujan.
Sumber: http://edukasifisikasmp.blogspot.co.id/2011/11/mengapa-sebelum-hujan-badan-kita-gerah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar