I.
Tiga Negara
Bentuk Tim Ekspedisi Merkurius
Walaupun
sulit dijangkau karena kedekatannya dengan Matahari, tiga negara ini bekerja
sama untuk melakukan ekspedisi ke Planet Merkurius
Amerika Serikat, Italia, dan Jepang akan bekerja sama dalam
mewujudkan perjalanan ke Planet Merkurius. Ekspedisi ke planet mungil ini
terhitung berisiko tinggi karena kedekatannya dengan Matahari.
Rencananya,
tim akan menginjakkan kaki di planet tersebut pada tahun 2022. Seperti yang
dilansir dari Popsci, pesawat BepiColombo tengah dibangun dan diuji
coba.
Misi
kali ini bertujuan untuk memetakan planet tersebut. Untuk menyukseskan misi
ini, BepiColombo akan menyediakan dua pesawat kecil yang beda fungsi. Mercury
Planetary Orbiter (MPO) dan Mercury Magnetospheric Orbiter (MMO) akan mencatat
kandungan mineral planet serta komposisi elemen dan sumber medan magnet.
Selain
itu, MPO dan MMO akan memberikan informasi apakah inti Merkurius itu cair atau
tidak. Dengan mempelajari kandungan di dalam Merkurius, maka astronom dapat
mengerti lebih jauh tentang bagian dalam sebuah planet, termasuk Venus, Bumi,
dan Mars. Astronom pun akan terbantu untuk mendeteksi adanya planet yang serupa
dengan Bumi di jagat raya ini.
Hingga
kini, sangat sulit bagi para peneliti untuk memeriksa Merkurius dari Bumi
karena terangnya Matahari. Pengiriman pesawat ulang alik pun sangat sulit
karena gravitasi Matahari yang sangat besar.
Walaupun
begitu, NASA pernah mengirimkan dua pesawat, yaitu Mariner 10 (1974-1975) dan
Messenger yang sekarang masih mengorbit di Merkurius. Dari dua misi NASA,
ditemukan bahwa Merkurius kaya akan biji baja dan tidak memiliki atmosfer.
Messenger
juga menemukan es di Kutub Utara Merkurius. Para astronom memperkirakan bahwa
Merkurius mendangung 1,1 triliun ton air dalam bentuk es. Total dana untuk misi
ke Merkurius ini diperkirakan mencapai US$1 miliar.
(Dimas
Purwaraja. Sumber: Popsci, LAtimes, Discovery news)
II.
2016, Ekspedisi ExoMars ke Planet Merah
TEMPO.CO, London
- Sekelompok peneliti dari Eropa sedang mempersiapkan misi ExoMars 2016 untuk
dapat menjawab pertanyaan “apakah kehidupan di Mars memang ada?”.
Misi itu berupa wahana bernama ExoMars yang dapat
mengelilingi si Planet Merah dan mencari tanda-tanda kehidupan, baik yang ada
sekarang maupun pada masa lampau. Misi tersebut merupakan tantangan ilmiah
terbesar yang pernah dihadapi tim gabungan dari European Space Agency (ESA) dan
Roscosmos.
Wahana robotik yang terdiri atas dua bagian ini akan
meluncur ke Mars pada 2016. Manajer Program ExoMars, Maurizio Capuano,
mengatakan, setelah di ruang angkasa, bagian bawah wahana akan mengorbit pada
Mars untuk menyerap energi dari cahaya matahari, sementara bagian atas akan
mendarat di planet untuk melakukan eksplorasi.
Capuano mengatakan bentuk pesawat akan dibuat mirip
dengan unidentified flying object (UFO) yang aerodinamis.
Alasannya, kata dia, wahana dengan bentuk ini dapat lebih mudah masuk ke
atmosfer Mars. “Misi ini akan dibagi menjadi dua tahap,” ujar Capuano seperti
dikutip dari Euronews edisi 21 Mei 2015.
Penerbangan tahun depan merupakan tahap pertama trace gas
orbiter, dengan wahana pendarat yang meluncur pada Januari 2016. Sedangkan
misi tahap kedua, rover atau wahana penjelajah seberat 300 kilogram akan
meninggalkan bumi pada Mei 2018. Biaya kedua misi itu mencapai US$ 1,6 miliar.
Kedua misi ini akan berjalan sangat ketat lantaran peluang
untuk mencapai Mars sangat kecil. Mereka harus menunggu waktu yang tepat. “Itu
berarti menunggu posisi bumi dan Mars sejajar, serta mempertimbangkan orbit dua
planet,” kata Richard Bessudo, anggota program ExoMars. Posisi yang
menguntungkan ini, menurut dia, hanya terjadi tiap 26 bulan sekali.
Saat mendarat, ExoMars akan langsung mengirimkan semua
informasi tentang proses pendaratannya. Kepala wahana yang telah terpisah
dengan badannya pun lantas menjelajahi Mars untuk mengendus jejak metana. Gas
ini dipercaya dapat menjadi petunjuk adanya kehidupan.
Jorge Vago, ilmuwan anggota misi ExoMars, menekankan
pentingnya misi 2016 untuk kelanjutan misi 2018. “Untuk pertama kalinya, pada
2018, kami akan mengeksplorasi hal yang ada di bawah permukaan,” kata Vago.
Rover ExoMars akan mengebor sedalam 1,8 meter di bawah tanah
merah karat planet itu. Robot itu akan mencari penanda biologis yang
terperangkap dalam batuan dasar Mars. Di dalam sana, biomarker itu akan
terlindung dari radiasi dan proses kimia yang terjadi di permukaan planet.
Dari tanah di bawah permukaan planet merah itu, para ilmuwan
akan memiliki kesempatan untuk menemukan bukti kehidupan dari masa lalu. Namun
mereka harus melalui rintangan awal terlebih dulu, yaitu mendaratkan ExoMars
dengan aman.
Pada misi pertamanya nanti, ExoMars akan mendarat di antara
bukit-bukit Mars dan berjalan ke dataran rendah. Dia akan mengikuti jejak gas
dan air di bawah permukaan, kemudian menggali sedalam dua meter dengan tenaga
elektris sebesar 50-60 watt. “Seperti bor rumahan,” Pietro Baglioni, manajer
wahana ExoMars.
ExoMars akan menjadi program eksplorasi Mars yang kedua.
Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) telah lebih dulu mengirimkan wahana
robotiknya pada 1996. Pada saat ini, wahana NASA Mars Curiosity tengah
menjelajahi planet itu. Tujuannya juga sama, yaitu mencari jejak kehidupan dan
memberi konfirmasi soal kelayakan huni Mars.
Baglioni mengatakan wahana konsorsium Eropa ini akan berburu
fosil mikroba dan jejak molekul organik yang ada. Vago berpendapat bahwa
rahasia Mars akan terungkap jika membedah misteri hingga tingkat mikroskopis.
Koloni mikroorganisme ini, menurut dia, dapat ditemui pada batuan endapan.
"Saya pikir ada kesempatan untuk masuk ke bawah permukaan," katanya.
Para peneliti ESA berharap ExoMars dapat menyelesaikan misinya dalam 10 tahun
ke depan.
Sumber: