Naik ke jenjang
berikutnya setelah lulus SMA merupakan kesempatan yang tidak semua orang dapat
miliki. Oleh karena itu, masuk ke dunia perkuliahan merupakan sesuatu yang
harus disyukuri oleh mereka yang berkesempatan mencicipi dunia tersebut. Dalam
rangka meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ini, di setiap
kampus/universitas pasti terkenal yang namanya ‘mahasiswa rantau’. Mahasiswa
rantau ini adalah mahasiswa yang merantau dari daerah asalnya untuk dapat
berkuliah di suatu universitas tertentu.
Saya sendiri merupakan salah seorang yang beruntung untuk
dapat melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah, terutama karena saya telah
berkesempatan untuk dapat berkuliah di Universitas Gunadarma mengambil jurusan
Psikologi. Pada Semester 1 ini, banyak sekali yang sudah saya dapatkan, seperti
ilmu baru, pengalaman baru, dan juga teman-teman yang baru.
Untuk teman-teman baru yang saya temui di kampus ini, tak
sedikit yang berperan sebagai ‘mahasiswa rantau’. Ada yang berasal dari
Palembang, Padang, Medan, Pemalang, Cianjur, dan lain sebagainya. Pada artikel
ini, saya akan membahas cara beradaptasi para ‘mahasiswa rantau’ ini
berdasarkan pengamatan saya terhadap teman-teman saya.
Pertama, ‘mahasiswa rantau’ yang berasal dari Palembang. Mahasiswa
yang berasal dari Palembang cenderung ramah, setia kawan, dan loyal. Ramah
disini berarti mereka tidak segan-segan atau canggung untuk memulai perkenalan
dengan kawan baru, dan setelah perkenalan itu lalu terjalinlah relasi
persahabatan dengan ‘mahasiswa rantau’ dari Palembang ini. Mereka termasuk
orang yang setia kawan dan loyal, terutama saat mereka pulang ke kampung halaman
mereka dan memberikan buah tangan berupa Pempek kepada temannya. Dan terkadang
mereka juga suka berbicara menggunakan bahasa daerah di dalam percakapan
sehari-hari. Yang kedua, adalah ‘mahasiswa
rantau’ dari Padang. Daerah yang terletak di Provinsi Sumatra Barat ini terkenal
dengan warganya yang memiliki logat bicara khas. Begitu juga dengan mahasiswa
yang berasal dari Padang, logat daerah mereka terdengar sangat kental saat
mereka melakukan percakapan sehari-hari. Dan juga, ‘mahasiswa rantau’ dari
Padang ini terkadang berusaha beradaptasi dengan menyesuaikan sikap dan gaya
mereka dengan teman-temannya yang berasal dari kota besar lain, seperti
Jakarta.
Selanjutnya adalah ‘mahasiswa rantau’ dari Medan. Mahasiswa
yang berasal dari Medan dikenal sebagai orang yang berani tampil, tegas, dan
berkepribadian kuat. Mereka terbiasa untuk tampil karena mereka tidak segan-segan
untuk mengemukakan pendapat serta mengekspresikan diri mereka. Karena sifat
tegas dan kepribadian mereka yang kuat, maka terkadang dalam mengemukakan
pendapat terkesan bahwa mereka mengemukakannnya secara kasar. Disamping itu,
logat daerah mereka juga kental dalam percakapan mereka sehari-hari.
Yang keempat, mahasiswa dari daerah Pemalang, Jawa
Tengah. ‘mahasiswa rantau’ yang berasal dari daerah ini cenderung bersifat lembut,
pemalu, dan penurut. Mereka tidak ingin beradu pendapat dengan orang lain,
melainkan cenderung lebih suka mengalah jika ada perbedaan pendapat. Akan tetapi,
mereka juga sangat tekun dalam menghadapi sesuatu. Tak berbeda dengan mahasiswa
rantau lainnya, dalam percakapan sehari-hari logat dari bahasa daerah mereka
masih terdengar jelas, atau yang sering disebut dengan ‘medok’.
Kelima, ‘mahasiswa rantau’ yang berasal dari Cianjur,
Provinsi Jawa Barat. Mahasiswa yang berasal dari daerah ini cenderung berwatak
kalem atau pendiam. Mereka juga sangat keras dalam mengerjakan sesuatu dan
perfeksionis.
Dari kelima contoh ‘mahasiswa rantau’ diatas dapat
dilihat bahwa sifat dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor, yaitu faktor
daerah asal atau adat dan budaya daerah tersebut. Dapat dibandingkan dengan
para mahasiswa yang berasal dari Jakarta, mereka cenderung lebih percaya diri,
lebih bebas berekspresi, atau istilahnya lebih ‘gaul’, karena mereka sudah
terbiasa dengan kehidupan di kota metropolitan, khususnya Kota Jakarta.
Akhir kata, artikel ini saya buat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dan saya tulis berdasarkan pengamatan terhadap
teman-teman saya, sehingga tulisan ini bersifat subjektif dan relatif karena
masih banyak faktor yang mempengaruhi sifat seseorang contohnya seperti
lingkungan keluarga, teman bermain, serta gaya hidup orang tersebut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSangat membantu artikelnya
BalasHapus